JKTOne.com – Cerita tentang pesugihan sering kali identik dengan tumbal manusia dan kisah yang mencekam. Namun, film terbaru produksi Cahaya Pictures dan BASE Entertainment, berkolaborasi dengan PK Films, Arendi, Laspro, IFI Sinema, dan Anami Films, berjudul Pesugihan Sate Gagak, justru mengemas tema itu dalam balutan komedi horor super ringan yang menjadi obat penghilang stres buat penonton. Hidup susah, utang menumpuk, dan cinta terancam gagal. Itulah nasib trio gagak, Anto (Ardit Erwandha), Dimas (Yono Bakrie), dan Indra (Benidictus Siregar) yang menjadi awal kisah Pesugihan Sate Gagak. Mereka pun resmi capek miskin. Selain dibintangi oleh Ardit Erwandha, Yono Bakrie, dan Benidictus Siregar sebagai pemain utama, film ini juga didukung oleh Yoriko Angeline, Nunung, Arief Didu, Firza Valaza, serta diramaikan Arif Alfiansyah, Ence Bagus, Niniek Arum, Akbar Kobar dan Ciaxmen.
Pesugihan tanpa tumbal, demit sakau sate. Jika biasanya makhluk halus dalam cerita pesugihan mengejar nyawa manusia, di film ini mereka malah antre layaknya pembeli setia warung. Ritual telanjang, hantu-hantu ketagihan, dan kekacauan absurd di warung sate menjadi sumber tawa sepanjang film. Anto butuh mahar puluhan juta demi menikahi kekasihnya, Dimas ingin menolong usaha ibunya, dan Indra terjerat pinjol sampai leher. Dalam keputusasaan itu, mereka menemukan buku mantra pesugihan kuno peninggalan kakek Indra. Dari situ lahir ide paling gila: coba pesugihan tanpa tumbal, cukup jual sate dari daging burung gagak ke demit. Namun bukannya berakhir bahagia, para demit justru ketagihan sate dan terus datang menagih.
Aksi kocak Trio Gagak dan pengalaman jadi pemeran utama. Kekuatan film ini bertumpu pada tiga komika ternama: Ardit Erwandha, Yono Bakrie, dan Benedictus Siregar yang berperan sebagai Trio Gagak. Untuk pertama kali, ketiganya tampil sebagai pemeran utama dalam satu film layar lebar. Chemistry alami mereka memunculkan dinamika persahabatan yang cair dan komedi yang spontan membuat setiap adegan terasa hidup, lucu, sekaligus hangat di tengah absurditas cerita. Terlebih beradu akting dengan kondisi telanjang menjadi tantangan tersendiri bagi para pemain.
“Berakting komedi sudah biasa saya lakukan di film-film sebelumnya, tapi berakting komedi sekaligus horor sambil telanjang, sepertinya cuma akan terjadi di film ini.zona jadi tantangan sekaligus cara saya keluar dari zona nyaman. Buat kami bertiga, ini bentuk totalitas dan keseriusan sebagai aktor,”ujar Ardit Erwandha, pemeran Anto.
Yono Bakrie menambahkan bahwa ini adalah kesempatan langka baginya untuk dipercaya sebagai pemeran utama. Sebelumnya, ia lebih sering tampil sebagai pemeran pendukung atau cameo. Ia juga mengakui bahwa cerita film ini sangat dekat dengan pengalaman hidupnya di masa lalu. “Nyari duit susah itu memang benar adanya. Sebelum merantau ke Jakarta, saya pernah mengalami berbagai kesulitan ekonomi dan harus membantu orang tua agar bisa bertahan hidup. Kedekatan saya dengan cerita ini sangat membantu saya dalam mendalami karakter Dimas,”kata Yono.
Sementara itu, Benidictus Siregar mengakui bahwa proyek ini terasa sangat spesial baginya. Dari berbagai peran yang pernah ia mainkan, Beni lebih sering tampil dalam genre komedi. Namun, di film ini ia justru ditantang untuk menampilkan sisi drama yang jarang ia eksplor sebelumnya. “Meskipun unsur komedinya cukup kuat dan saya juga banyak bertemu dengan para komika, di film ini ternyata saya harus menampilkan adegan drama sesuatu yang jarang saya lakukan sebelumnya. Itu yang membuat Pesugihan Sate Gagak jadi salah satu proyek yang paling spesial sepanjang karir berakting saya,”ungkap Beni.
Debut penyutradaraan dua sutradara berbakat. Pesugihan Sate Gagak menjadi panggung debut penyutradaraan layar lebar bagi Etienne Caesar (EC) dan Dono Pradana (Dono). Sebelumnya, Etienne telah berpengalaman sebagai asisten sutradara di berbagai produksi film, sementara Dono dikenal sebagai kreator konten sekaligus komika asal Surabaya. Keduanya membawa kekuatan tersendiri dalam menggarap film ini. Dengan bekal pengalamannya, Etienne Caesar berhasil menghadirkan rangkaian adegan yang membekas dan mampu mengarahkan para pemain untuk tampil maksimal terutama keluar dari zona nyaman mereka di ranah komedi menjadi drama.
“Salah satu adegan yang menurut saya luar biasa adalah adegan drama yang dimainkan oleh Trio Gagak. Kemampuan tiga aktor itu keluar dari zona nyaman mereka patut diapresiasi. Bagi saya, adegan yang baik tidak hanya lahir dari komposisi teknis yang mumpuni, tetapi juga dari permainan emosi para pemainnya,”jelas EC, yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan Ernest Prakasa.
Melengkapi visi penyutradaraan EC, Dono Pradana berangkat dari sensitivitasnya dalam membaca keresahan banyak orang terhadap tekanan hidup, utang, dan keinginan untuk cepat sukses. Melalui film ini, Dono ingin menghadirkan potret sosial dengan cara yang ringan, dekat, dan tetap menghibur. “Buat saya, film ini bukan tentang menghalalkan pesugihan, tapi tentang bagaimana orang bisa tersesat ketika terlalu tertekan oleh hidup. Lewat pendekatan komedi, kami ingin mengajak penonton melihat realitas itu dengan cara yang ringan dan mudah. Hal yang ringan dan mudah dalam hidup ini ya tertawa bersama,”tutur Dono.
Relevansi nyata potret masyarakat. Meski dikemas dengan humor yang ngawur dan absurd, Pesugihan Sate Gagak sejatinya menyoroti realitas sosial yang sangat dekat dengan kehidupan banyak orang Indonesia. Desakan ekonomi, tekanan sosial untuk terlihat sukses, hingga mentalitas yang penting cepat kaya, menjadi latar yang relevan dan mudah dikenali penonton. “Premis tentang para demit yang ketagihan sate, dipadukan dengan ritual absurd yang mengharuskan pesertanya telanjang, menjadi alasan utama kenapa kami di Cahaya Pictures begitu jatuh cinta pada cerita ini. Ada keabsurdan, kegilaan, namun juga jadi.
Film pesugihan Sate Gagak, berkisah dari Hidup susah, utang menumpuk, dan cinta terancam gagal tiga sahabat Anto (Ardit Erwand ha), Dimas (Yono Bakrie), dan Indra (Benidictus Siregar) alias Trio Gagak resmi capek miskin. Anto butuh mahar puluhan juta demi menikahi kekasihnya Andini (Yoriko Angeline), Dimas ingin menolong usaha ibunya, dan Indra terjerat pinjol sampai leher. Dalam keputusasaan itu, mereka menemukan buku mantra pesugihan kuno peninggalan kakek Indra. Dari situ lahir ide paling gila: coba pesugihan tanpa tumbal cukup jual sate dari daging burung gagak ke demit. Awalnya mereka nekat mencoba jalan pintas agar bisa keluar dari lilitan hidup dan tiba-tiba, pembeli pertama mereka datang bukan dari dunia manusia! Genderuwo, pocong, sampai kuntilanak antre dan rela bayar mahal untuk sate gagak mereka.
Trio Gagak mendadak kaya raya: utang lunas, hidup mapan, bahkan cinta Anto dan Andini sempat terasa bahagia. Tapi kebahagiaan itu tak berlangsung lama rahasia pesugihan yang disembunyikan, perlahan menghancurkan semuanya. Tawa mereka berubah jadi ketakutan saat para demit tak berhenti datang dan terus menagih sate lapar, rakus, dan tak terkendali. Apakah mereka akan lanjutkan pesugihan demi kekayaan, atau kabur sebelum dimakan keserakahan?.










