(foto IRIS)

JKTOne.com – Dalam momentum 80 tahun kemerdekaan, Indonesia menghadapi tantangan serius di bidang ketenagakerjaan. Data BPS mencatat, lebih dari separuh tenaga kerja Indonesia bekerja di posisi yang tidak sesuai dengan pendidikan atau keahlian mereka. Akibatnya, jumlah pengangguran mencapai 7,28 juta orang, termasuk 871 ribu lulusan sarjana yang belum menemukan pekerjaan sesuai kualifikasi.

Di sisi lain, perusahaan di berbagai sektor mengaku kesulitan menemukan tenaga kerja dengan kombinasi keterampilan teknis dan soft skill. Padahal, investasi pada peningkatan keterampilan menjadi langkah strategis untuk memperkuat daya saing dan produktivitas, terutama di tengah perlambatan ekonomi global.

Jawaban Bilateral: Indonesia-Australia Skills Exchange

Untuk menjawab tantangan tersebut, Indonesia dan Australia meluncurkan Indonesia-Australia Skills Exchange (IASE). Program ini menghadirkan lebih dari 50 penyedia pendidikan Australia dengan 300+ kursus yang dirancang sesuai kebutuhan dunia kerja.

Melalui platform IASkills.org, perusahaan dan lembaga di Indonesia dapat langsung mencari, membandingkan, hingga mengajukan program pelatihan yang relevan. Skema ini memungkinkan pelatihan disusun sesuai kebutuhan mulai dari kredensial mikro hingga program jangka panjang, baik online, hybrid, maupun tatap muka.

Menurut Clarice Campbell, Skills Lead Adviser Katalis, IASE membantu pemberi kerja menemukan penyedia pelatihan kredibel, mempercepat proses pencocokan kebutuhan, serta memastikan hasil pembelajaran dapat langsung diterapkan di tempat kerja.

Kebutuhan Tenaga Kerja Baru

Pertumbuhan sektor strategis, terutama pariwisata, menjadi salah satu pendorong kebutuhan tenaga kerja terampil. Pada Q3-2024, pariwisata menyumbang 4,01% terhadap PDB Indonesia, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru di bidang perhotelan, transportasi, hingga pemasaran digital.

Selain itu, transformasi teknologi menuntut keterampilan baru seperti analisis data, customer experience design, dan digital marketing. Namun, masih banyak pekerja yang belum menguasai keterampilan tersebut. Di sinilah peran IASE menjadi penting untuk menjembatani kesenjangan keterampilan sekaligus meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.

Mengapa Bermitra dengan Australia?

Australia dikenal memiliki ekosistem pendidikan terapan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Penyedia pendidikan Australia mampu menggabungkan keterampilan teknis seperti keselamatan tambang, energi, hingga keamanan siber, dengan soft skill seperti komunikasi, kepemimpinan, dan pemikiran kritis.

Model pelatihan yang praktis, modular, dan fleksibel sangat relevan dengan kondisi tenaga kerja Indonesia yang mayoritas berlatar belakang pendidikan menengah dan kejuruan.

Studi Kasus: Transformasi PLN

Kerja sama PLN dengan universitas-universitas Australia menjadi contoh nyata. Melalui MoU dengan Monash University, UNSW, University of Queensland, dan University of Melbourne, lebih dari 500 pegawai PLN mengikuti pelatihan. Sebanyak 300 di antaranya telah menempuh pendidikan di Australia, memadukan teori akademik dengan praktik lapangan. Hasilnya, PLN mampu mempercepat transformasi energi dengan tenaga kerja yang lebih kompeten.

Inklusi dan Kesetaraan

IASE juga menekankan prinsip Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GESI). Artinya, program pelatihan dirancang agar inklusif, mudah diakses, dan mendorong partisipasi perempuan, penyandang disabilitas, serta kelompok minoritas.

Menurut Katalis, keberagaman dalam tim bukan hanya isu keadilan, tetapi juga meningkatkan kinerja. Tim yang beragam terbukti lebih adaptif, kolaboratif, dan mampu menghasilkan solusi yang lebih baik bagi pelanggan.

Menuju Indonesia Emas 2045

Peningkatan keterampilan tenaga kerja menjadi fondasi penting menuju Indonesia Emas 2045. Dengan dukungan IASE, Indonesia dapat mencetak tenaga kerja yang kompetitif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan global.

Investasi pada sumber daya manusia saat ini akan memastikan generasi mendatang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus menjadikan Indonesia lebih mandiri dan kompetitif di kancah internasional.

LEAVE A REPLY