JKTOne.comPearFest 2025 kembali hadir dengan menggandeng 14 penulis muda (emerging writers) dari 10 kota di Indonesia. Bertempat di MBloc Space, Jakarta Selatan, Senin (8/12), acara ini menggelar lokakarya bertajuk “PearWorkshop x MTN Lab: Name Your Book, Shape Your Voice”.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Pear Press dan Kementerian Kebudayaan RI melalui program Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya. Tujuannya bukan sekadar pelatihan, melainkan membuka jalan bagi penulis daerah untuk masuk ke industri perbukuan nasional secara profesional.

Dalam lokakarya ini, peserta diajak memahami bahwa menulis cerita bagus saja tidak cukup di era digital. Namira Daufina, General Manager Pear Press, menekankan pentingnya citra diri.

“Persaingan saat ini bukan lagi soal posisi buku di rak toko, tapi bagaimana penulis memenangkan perhatian di media sosial di tengah jutaan pilihan lain,” ujar Namira. Penulis harus mampu membangun branding yang kuat, baik untuk karyanya maupun dirinya sendiri.

Sesi ini juga menghadirkan para ahli industri, seperti Felix K. Nesi (Penulis & Scriptwriter) dan Christina M. Udiani (KPG). Mereka membagikan tips krusial bagi penulis pemula:

Riset Penerbit: Felix menyarankan penulis untuk memetakan penerbit yang sesuai dengan naskah mereka. “Pelajari apa yang dicari penerbit agar naskah berhasil menembus meja redaksi,” ungkapnya.

Jemput Bola: Christina menambahkan agar penulis proaktif. Setelah mengirim naskah, penulis disarankan untuk rajin meminta kepastian atau follow-up, tidak hanya menunggu dalam diam.

Praktik Langsung dan Umpan Balik

Dipandu oleh Nathalie Indry, peserta mendapatkan kesempatan emas untuk mempresentasikan konsep buku (pitching) mereka. Karya mereka langsung diulas oleh editor dari penerbit ternama seperti Penerbit Buku Kompas, Bentang Pustaka, dan Warning Books.

Alghifahri Jasin, salah satu peserta asal Ujung Pandang, merasa lokakarya ini sangat membantu menjembatani jarak antara penulis dan industri. “Proses produksi karya jadi lebih terarah karena kami tahu apa yang dicari penerbit,” katanya.

Mengusung tema besar “The Age of Unlearning”, PearFest 2025 berharap dapat melahirkan generasi penulis baru yang berani mendobrak batasan dan memberi warna baru bagi literasi Indonesia.

LEAVE A REPLY