JKTOne.com, Jakarta – Desa Masalili, Sulawesi Tenggara (Sultra), menjadi sentra produksi kain tenun tradisional khas Muna. Hampir setiap rumah di Desa Masalili menghasilkan kain sarung tenun yang dikenal dengan istilah Kamooru.
Menenun Kamooru harus dengan jiwa yang bersih dan tenang, sehingga penenun dapat menenun tanpa kesulitan dalam merangkai motif yang rumit dan kaya akan makna dan filosofi. Tenun asal Masalili identik dengan motif garis-garis dan warna terang seperti kuning, oranye, dan hijau.
Dengan didukung oleh Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara, desainer Wignyo Rahadi melakukan pengembangan terhadap kerajinan tenun di Desa Masalili ini dalam rangkaian koleksi bertema Kamooru.
Ragam motif tenun yang digunakan adalah motif Kaholeno Ghunteli dan Panino Toghe, yaitu motif tenun yang biasa dipakai masyarakat umum untuk aktivitas keseharian; motif Bhia Bhia yang kerap dipakai perempuan yang belum menikah; motif Dhalima yang umumnya dipakai kalangan bangsawan untuk upacara adat perkawinan.
Koleksi Kamooru bergaya busana Retro dengan menonjolkan permainan cutting yang bervolume, dilengkapi hijab model capuchon. Tenun Masalili dengan dominasi turunan warna hijau dipilih dengan kombinasi tenun Lurik dan tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) corak Sobi dan Bintik yang menjadi ciri khas tenun ATBM produksi Tenun Gaya, brand yang dibuat oleh desainer Wignyo Rahadi. Sentuhan ornamen tumpuk, draperi, dan asimetris turut menjadi daya pikat koleksi dari olahan tenun dari Masalili.