JKTOne.com – Be Home sebuah platform yang mewadahi teman-teman broken home, menyelenggarakan puncak acara Be Home Ambassador di Kotlabora Flexispaces Hayam Wuruk Jakarta Pusat. (04/03/23). Acara ini merupakan hasil kolaborasi dengan Indika Foundation dan didukung oleh para pihak seperti Unilever Indonesia dan Simana Delight. Keluarga memiliki peran penting untuk setiap individu karena merupakan lingkungan pertama tempat anak bertumbuh dan berkembang. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga memiliki peran besar dalam hal pembentukan individu secara psikologis. Sayangnya tidak semua keluarga berhasil menjalankan fungsi utuhnya. Menurut Databoks dari Kata Data, tercatat pada tahun 2022 jumlah perkara perceraian di Indonesia mencapai 516334 kasus, angka ini meningkat 15.314 dibandingkan pada tahun 2021. Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi dalam enam tahun terakhir. Be Home didirikan oleh Chatreen Moko 11 tahun silam untuk menjadi ‘rumah aman’ bagi anakanak broken home, dengan memanfaatkan berbagai media sosial seperti Instagram, Twitter, Youtube, Tiktok, Facebook sebagai kanal komunikasi utamanya dengan teman-teman broken home.

Anak broken home kerap mendapat stigma negatif yang menempel di masyarakat: dicap sebagai anak nakal, tidak bisa diatur, tidak akan sukses serta memberi pengaruh buruk di masyarakat. Bahkan dalam banyak kasus anak broken home kerap mendapat perundungan dari teman temannya dan yang lebih menghiburnya lagi, kondisi keluarga yang rapuh ini juga kerap menjadi alasan anak-anak broken home mencoba dan bahkan sampai menghilangkan nyawanya sendiri. Untuk itu Be Home menyelenggarakan kegiatan Be Home Ambassador yang ditujukan untuk mencari pionir yang berani speak up agar dapat memotivasi sesama anak-anak broken home dan juga memberikan edukasi serta mematahkan stigma mengenai anak broken home di masyarakat.

Dalam acara puncak Be Home Ambassador kemarin telah terpilih 3 orang Be Home Ambassador yaitu Hanna Putri Naida asal Bekasi (Juara 1), Adelila Hanifa Harahap asal Jakarta (Juara 2) dan Humaira Anjani asal Jakarta (Juara 3), mereka adalah anak-anak yang berani speak up dan mampu memberikan semangat bagi sesama survivor broken home melalui konten dan interaksi di media sosial. Acara puncak penyelenggaraan Be Home Ambassador dihadiri oleh sekitar 15044 peserta dan terdapat penampilan stand up comedy yang membuat suasana cair, yang dibawakan oleh Eky Pryagung, serta diselenggarakan juga talk show bersama Edho Zell, Gian Luigi, Eky Pryagung.

Kegiatan Be Home Ambassador telah diselenggarakan mulai Januari 2023. Pada Januari lalu, Be Home menyelenggarakan webinar “Broken Home: Bukan Alasan untuk Melepas Mimpi” bersama Psikiater dr. Santi Yuliani, M.Si.,Sp.KJ, dr. Shela Maulida, dr.Azzahra Humairrah dan juga stand up comedy dibawakan oleh Eky Pryagung. Uniknya semua narasumber merupakan survivor broken home. Dalam pelaksanaannya.

“Event ini kami persiapkan cukup lama, sehingga harapannya nilai yang ingin kami berikan bisa tersampaikan dengan baik ke semua pihak yang terlibat. Selain itu semoga dengan langkah awal adanya Be Home Ambassador ini dapat memberikan dampak bagi rekan-rekan survivor broken home dan memberikan semangat untuk terus meraih mimpi-mimpi. Secara pribadi, acara ini paling memberikan kesan terbaik sepanjang perjalanan saya menangani kegiatan karena dari persiapan hingga pelaksanaan benar-benar pikiran, perasaan, dan hati saya libatkan secara maksimal,” tutur Cerry Kartika Kwartania, Project Manager acara Be Home Duta besar.

“Kami menyadari bahwa anak dari keluarga yang orang tuanya berpisah (broken home) kerap merasa bingung harus bercerita dan mencari informasi kemana, untuk itu saya mendirikan Be Home sebagai wadah untuk teman-teman bisa bercerita secara aman, nyaman dan juga merasa dipahami karena berasal dari latar belakang keluarga yang serupa.Kami berharap melalui kegiatan ini,teman-teman broken home memiliki wadah positif untuk bisa saling cerita dan pengalaman,dan semangat untuk terus bisa mengejar mimpi tanpa terbebani status sebagai anak broken home.Kami juga berharap masyarakat lebih peka lagi terhadap isu anak-anak broken home sehingga tidak memberikan stigma kepada kami, para survivor anak broken home,” tutup Moko.

 

 

LEAVE A REPLY