JKTOne.com – Film terbaru dari Rumah Produksi Imajinari berjudul Cinta Tak Seindah Drama Korea. Berbeda dengan film-film Imajinari sebelumnya yang lebih banyak bertema komedi, kali ini film yang akan mereka tayangkan memiliki genre romansa dengan sentuhan drama. Menampilkan kisah cinta segitiga yang kompleks antara tiga karakter utama, yakni Bimo (Ganindra Bimo), Dhea (Lutesha), dan Julian (Jerome Kurnia). Cerita ini dimulai ketika Dhea, seorang wanita muda yang memiliki hubungan dengan Bimo, mendapatkan hadiah spesial berupa perjalanan ke Seoul, Korea Selatan. Kehadirannya tentu membuat para penggemar drama Korea semakin bersemangat untuk menyaksikan film ini. Karena cerita di dalamnya yang terinspirasi oleh kisah-kisah romantis khas Korea.
Menceritakan Dhea (Lutesha), seorang wanita muda yang menikmati hubungan asmaranya dengan Bimo (Ganindra Bimo). Sebagai hadiah ulang tahun, Bimo memberinya kejutan liburan ke Seoul, Korea Selatan, negara impian Dhea. Meskipun awalnya kurang antusias, perjalanan ke Seoul justru mempertemukannya dengan Julian (Jerome Kurnia). Ia adalah mantan kekasih Dhea yang masih menyimpan kenangan indah Namun, perjalanan yang awalnya menyenangkan berubah ketika Dhea bertemu kembali dengan mantan kekasihnya, Julian yang belum bisa Dhea lupakan.
Ernest Prakasa selaku produser film ini turut mengatakan bahwa Cinta Tak Seindah Drama Korea ini menjadi film termahal sepanjang sejarah Imajinari selama produksinya. Kendati tak menyebut nominal biayanya, tapi kebutuhan ketika proses produksi cukup menekan banyak biaya, ia juga mengaku bahwa film ini menjadi film pertama yang ditulis dan disutradarai seorang wanita yang pernah diproduksi oleh Imajinari”.
Seperti namanya sendiri, film Cinta Tak Seindah Drama Korea ini pun mengambil latar Korea Selatan, tepatnya di kota Seoul. Ini juga menjadi film produksi Imajinari pertamaa yang melakukan sederet proses syuting di luar negeri. Ketegangan emosional antara Dhea, Bimo, dan Julian menjadi inti dari film ini, menciptakan dilema yang menarik untuk disaksikan. Dalam film ini, perdana Meira Anastasia menjadi seorang penulis naskah. Meira juga sekaligus menjadi sutradara dalam film ini, terinspirasi oleh drama Korea yang ia tonton selama pandemi, ia ingin memberikan nuansa drakor ke dalam film ini sambil menambahkan perspektif lokal. Bahkan, Meira juga meminta para pemeran utama dalam film ini turut menonton sederet drama Korea yang menurutnya menjadi salah satu referensinya.