JKTOne.com, Jakarta – Berawal dari ketertarikannya akan Batik Lawasan, Dea Valencia memulai kiprahnya sebagai disainer batik dengan brand-nya Batik Kultur. Tidak sekedar merubah selembar batik menjadi sebuah baju siap pakai, tapi memulai proses dari sebuah kain putih yang dijadikan batik, baru kemudian menjadi baju, rok, jas, kemeja dan lain sebagainya.
Dea bercerita, bahwa dirinya mengenal Batik Lawasan itu saat usia 17 tahun. Di sekitar rumah dikawasan Jakarta Barat banyak yang masih menyimpan Batik Lawasan, dan banyak yang nyari.
“Sekarang, saya berjualan batik. Karena banyak yang nanya makna dan nama motif batik yang saya tawarkan, membuat saya mencari tahu tentang batik, hingga saya jadi jatuh cinta,” cerita Dea pada saat peluncuran koleksi terbarunya di Kaca Coffee & Eatery, Jakarta, Senin (25/3/2019).
Koleksi terbaru dari galeri Batik Kultur kali ini bertema Behind The Seams. Tema ini diambil untuk memberi penghargaan bagi mereka yang bekerja di balik indahnya sebuah baju yang dikenakan seseorang. Bagaimana sebuah baju dibuat dan mereka yang bekerja dengan detail untuk kesempurnaan sebuah karya yang siap di pakai semua orang.
“Fashion Show untuk Batik Kultur itu jarang sekali ada. Koleksi kali akan lebih modern. Tema Behind The Seams ini mengapresiasi orang-orang yang ada dibelakang baju-baju ini. Jadi ini seperti jahitan yang menggabungkan cerita kita, yang tidak kelihatan. Tanpa mereka tidak akan seperti sekarang,” ucap Dea.
Dari 120 pekerja di workshop yang berada di Semarang, 50% adalah kaum disabilitas.
Rangkaian busana wanita dan pria dengan kesan rileks dan luwes dihadirkan dalam berbagai warna. Dari Sogan, Monocrom, pastel hingga hitam dengan kombinasi warna-warna cerah yang memberi kesan modern. Sementara berbagai macam siluet yang diperkaya dengan teknik layering yang menjadikan tiap tampilan terlihat lebih atraktif dan mendominasi keseluruhan koleksi.
Sementara buat materialnya sendiri merupakan kombinasi dari bahan-bahan ringan seperti kaun border, lurik dan brokat. Sehingga sebuah baju terbuat dari potongan-potongan kain yang disatukan oleh benang. Seperti benang yang menyatukan potongan-potongan kain menjadi baju, yang filosofinya diambil untuk tema koleksi kali ini, Dea melalui koleksinya mengajak kita untuk tidak menganggap remeh mereka yang bekerja di balik satu karya, meski mereka berbeda.
Meski bercorak batik, Batik Kultur memiliki pelanggan yang tidak hanya dari kalangan tua, tapi juga dari kalangan generasi muda. Karena disain, cutting, motif dan warna yang kekinian.