JKTOne.com – Dengan mengangkat tema “Mengatasi Tantangan Ganda: Memenuhi Kebutuhan Energi Indonesia sambil Memitigasi Risiko Perubahan Iklim”, The 46th IPA Convention & Exhibition 2022 resmi dibuka. Pameran minyak dan gas ini dilaksanakan mulai 21-23 September 2022.

Irtiza Sayyed selaku President ExxonMobil Indonesia and President IPA menegaskan bahwa sektor hulu Indonesia telah diberkahi dengan sumber daya yang melimpah. Para ahli telah sepakat bahwa cadangan migas Indonesia masih signifikan secara global.

“Sebagai Presiden IPA, saya juga bersyukur bahwa sejak didirikan pada tahun 1971, kami telah menghubungkan para pemain kunci di industri hulu migas. Tidak hanya untuk mengkomunikasikan tujuan tetapi juga untuk menggali solusi,” kata Irtiza dalam jumpa persnya di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Rabu (21/9/2022).

Selaras dengan tema yang ditekankan hari ini, lanjutnya, menurut permodelan Rencana Umum Energi Nasional, konsumsi minyak Indonesia akan meningkat sebesar 139 persen, dan konsumsi gas akan meningkat hampir 300 persen. Selain itu, diproyeksikan juga bahwa penduduk Indonesia akan meningkat lebih dari 23 persen menjadi hampir 350 juta dalam 30 tahun mendatang.

Namun demikian, pada saat bersamaan, kita menghadapi peningkatan aksi global untuk masa depan yang lebih rendah karbon. Angka-angka ini menunjukkan bahwa target kontribusi energi baru dan terbarukan meningkat.

“Menimbang situasi ini, saya kira kita masing-masing sepakat bahwa tantangan energi Indonesia membutuhkan solusi multi-dimensi. Percepatan transisi energi Indonesia membutuhkan upaya yang bergandeng tangan.”

Dalam 10 hingga 20 tahun ke depan, kita perlu mengembangkan dan menggali potensi migas Indonesia. Upaya ini akan mencentang dua kotak sekaligus: meningkatkan penerimaan negara dan memenuhi kebutuhan energi untuk pertumbuhan Indonesia.

Irtiza juga mengingatkan bahwa transisi ke masa depan beremisi lebih rendah membutuhkan banyak solusi yang dapat diterapkan dalam skala besar untuk menangani beberapa sektor ekonomi dengan emisi tertinggi.

Salah satu teknologi yang paling menjanjikan pencapaian emisi yang lebih rendah adalah Carbon Capture and Storage atau disingkat CCS. Implementasinya dapat melampaui industri hulu dengan menangkap emisi dari sektor-sektor yang sulit untuk didekarbonisasi.

Penerapan teknologi rendah karbon untuk mengurangi emisi sangat penting untuk mencapai emisi nol netto pada tahun 2050 atau lebih dini. Dan, dukungan kebijakan diperlukan untuk mendorong investasi. Dalam kasus teknologi seperti CCS, investasi yang dibutuhkan sangat besar, dan penerapan pada skala industri merupakan komitmen jangka panjang.

Untuk meyakinkan bisnis jangka panjang terhadap investasi semacam itu, para pemangku kepentingan berharap bahwa kebijakan pemerintah akan mendukung teknologi yang mereka bantu besarkan.

“Saya percaya transisi ke energi berkelanjutan dapat mempergunakan bermacam strategi, tetapi semuanya dengan arah yang sama. Untuk mencapainya, kita harus berkonsultasi erat dengan pemerintah Indonesia selama masa transisi ini. Oleh karena itu, marilah kita mendukung transisi energi sambil memenuhi permintaan energi yang tengah melonjak,” tutupnya.

Kita juga membutuhkan upaya yang luar biasa dan kolektif untuk mencapai energi yang berkelanjutan dan andal. Jadi, mari bersama-sama menyusun skenario untuk masa depan yang lebih rendah karbon.

Sebagai penutup, terima kasih semuanya, atas dukungan dan kemitraan Anda dalam mengatasi tantangan energi ganda Indonesia.

LEAVE A REPLY