JKTOne.com – Ajang Konferensi dan Eksibisi the 11th EBTKE Convention and Exhibition telah selesai dilaksanakan. Perhelatan ini merupakan agenda tahunan yang dihadirkan oleh Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) dan didukung oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Perhelatan yang menjadi wadah bagi para stakeholders industri energi terbarukan ini diselenggarakan pada 12-14 Juli di ICE, BSD. Sejak pembukaan pada Rabu (12/7/2023) hingga tiga hari penyelenggaraanya, the 11th EBTKE ConEx 2023 telah mampu mencuri perhatian para pelaku industri energi serta masyarakat dengan total kehadiran 10.751 jumlah pengunjung dan 6.160 delegasi konferensi yang ikut berpartisipasi. Acara ini berhasil mengumpulkan para pakar industri, inovator, dan pecinta energi terbarukan, menciptakan platform yang dinamis untuk pertukaran pengetahuan dan kolaborasi dalam bidang energi terbarukan dan keberlanjutan.  Melalui berbagai ragam konferensi yang menghadirkan 108 pembicara pembicara mulai dari tingkat menteri, pemimpin bisnis, hingga perwakilan anak muda yang mengangkat 67 tema dan sub tema mencakup pembahasan persoalan transisi energi, pengembangan energi terbarukan,  decarbonizing, serta terkait kendaraan listrik. Selain itu Indonesia EBTKE Conex 2023 juga menampilkan eksibisi yang mampu menarik minat masyarakat umum, pelaku usaha, hingga kalangan muda untuk mendorong pelaksanaan energi transisi di tanah air.

Meskipun sesi seminar telah rampung, pada hari Jumat (13/07/23) lalu, EBTKE ConEx 2023 tetap mampu menyedot perhatian. Salah satu program yang disajikan di hari terakhir ini yaitu Green Job Fair.  Acara ini merupakan kesempatan bagi generasi muda untuk mempersiapkan masa depannya khusus di sektor energi baru terbarukan sekaligus memperluas jaringan dengan kalangan profesional. Adapun sejumlah instansi dan perusahaan yang mendukung program GreenJobFair ini di antaranya, PT Pertamina Power Indonesia, General Electric, PT Medco Power Indonesia, Waste4Change, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), ISED Project, serta Society of Renewable Energy (SRE)-Go Gerilya. Ketua Umum METI Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, tingginya keterlibatan kalangan muda dalam EBTKE ConEX 2023 menjadi terobosan baru agar transisi energi sekaligus pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia semakin masif dan meluas. Selain itu, tingginya minat peserta seminar maupun eksibisi telah membuktikan ternyata renewable energy makin digemari oleh masyarakat Indonesia, semakin banyak peminat di kalangan dunia usaha nasional maupun dunia internasional.

Eka Satria, Head of Steering Committee EBTKE ConEx 2023, dalam sesi Industrial Cocktail menyampaikan “Alhamdulillah, pada penyelenggaraan tahun ini pesertanya membludak, bahkan ada lebih dari 50 perusahaan yang berpartisipasi. Selain itu, selama konferensi berlangsung dalam acara 2 (dua) hari ini juga telah dilaksanakan penandatanganan Memorandum of Understanding terkait rencana pengembangan energi terbarukan dengan kapasitas lebih dari 1,6 GW”. Selain berperan sebagai sosialisasi pentingnya transisi energi di Indonesia ke masyarakat luas, EBTKE ConEx 2023 juga berfungsi sebagai wadah kolaborasi untuk para pemangku kepentingan yang nantinya akan menyampaikan sejumlah masukan dan rekomendasi ke pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan terkait pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Eka Satria menambahkan, sejumlah tantangan yang perlu menjadi perhatian pemerintah di antaranya, masih terdapatnya keterbatasan regulasi dan infrastruktur penunjang, keterbatasan finansial untuk pengembangan usaha, serta kendala perizinan. Untuk itu, diperlukan dukungan penuh dari Pemerintah dalam penetapan kebijakan dan regulasi yang mendorong transisi energi, mempersiapkan skema carbon tax dan emission trading system, merealisasikan clean infrastructure dan elektrifikasi industri serta transportasi.

Menghubungkan Sektor-Sektor Unggulan dalam Energi Terbarukan: Indonesia EBTKE Conex 2023 sebagai Wadah Kolaborasi Swasta, Generasi Muda, hingga Pelaku Internasional. Ketua Umum METI Wiluyo Kusdwiharto menyatakan bahwa program transisi energi di Indonesia bisa berjalan dengan optimal, tentunya pelaku usaha di dalam negeri harus terus berinovasi, meningkatkan kolaborasi, serta membutuhkan dukungan pembiayaan dan investor luar negeri. Maklum, pengembangan proyek energi baru terbarukan memerlukan investasi hingga Rp 10.000 triliun. “Kami juga mohon support-nya dari perusahaan khususnya Direktorat Jenderal EBTKE agar ke depan dapat terus menggelar acara yang jauh lebih besar. Mimpi kami, ajang konferensi dan eksibisi tidak hanya digelar dengan skala nasional namun bisa tingkat internasional. Mudah-mudahan penyelenggaraan EBTKE ConEx ke depan akan jauh lebih banyak melibatkan kalangan internasional,” kata Wiluyo.

Sejatinya perhatian dunia internasional untuk transisi energi lewat program dekarbonisasi telah dimulai sejak Paris Agreement pada 2015 silam. Emma Rachmawati, Head of Division for Instrument and Information Indonesia FOLU Net-Sink 2030 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehidupan (KLHK) mengatakan, isu dekarbonisasi yang dikaitkan energi berkelanjutan cukup menarik perhatian internasional. Net zero emission (NZE) sejatinya sendiri merujuk pada keputusan Paris Agreement yang kemudian terus berkembang pembahasannya di UnitedNationsClimate Change Conference Glasgow Skotlandia sampai terakhir di At the Sharm el-Sheikh Climate Change Conference (COP 27) di Mesir. Bahkan, menurut Emma, upaya menurunkan emisi gas rumah kaca termasuk program transisi energi tidak akan bisa diatasi sendiri oleh pemerintah. Sekarang ini, dalam forum tersebut semua negara telah menyadari peran sektor lain selain pemerintah (non-party stakeholder) seperti perusahaan, lembaga penelitian, masyarakat, serta lembaga keuangan untuk berkolaborasi dalam melaksanakan komitmen perubahan iklim secara bersama-sama. “Saat ini isu perubahan iklim, konsentrasinya sudah mengarah ke sektor energi. kemudian, net zero emission ini akan sangat dibutuhkan oleh negara-negara global, tujuannya  untuk memastikan bahwa kenaikan suhu global tetap terjaga di 1,5 derajat celcius di tahun 2100. Bagi seluruh negara untuk mencapai net zero emission adalah bagaimana mengoptimalkan pembangunan berkelanjutan berbasiskan equity dan kemudian juga  memperhitungkan poverty eradication (pengentasan kemiskinan),” ujar Emma.

Selain konferensi, ekshibisi dari industri energi juga memikat atensi publik, berkat inovasi yang dihadirkan dan beragam booth menyajikan games menarik. Di antaranya, booth Medco Power Indonesia yang menampilkan virtual run sprint challenge berupa lomba lari secara virtual. Hingga hari kedua, sekitar 300 peserta yang mengikuti lomba yang menawarkan hadiah bingkisan lunch box tersebut. Selain Medco, Huawei juga menyediakan permainan putaran berhadiah mulai dari leather pouch, hingga produk Huawei Band 7, hingga Huawei Watch 13. Kegembiraan pengunjung semakin Nampak booth PLN yang menghadirkan games menarik untuk menguji ketangkasan pengunjung.

LEAVE A REPLY