JKTOne.com, Jakarta – Contemporary Muslim Fashion adalah pameran mode muslim pertama yang diikuti lebih dari 53 designer dari berbagai negara di dunia. Pameran yang berlangsung mulai 22 September hingga Januari 2019 di De Young Museum, Fine Arts Museum of San Francisco, mengambil tema ‘Eksplorasi Gaya Berpakaian Wanita Muslim’.
Pameran yang dikurasi oleh Jill D’Alessandro dan Laura L Camerlengo serta Reina Lewis melakukan penilaian sepanjang dua tahun sebelum akhirnya memilih 6 designer Indonesia. Dian Pelangi, Itang Yunaz, Khanaan, Rani Hatta, NurZahra dan IKYK.
“Selama dua tahun semua designer terus diamati oleh para kurator,” demikian keterangan yang diberikan Dian Pelangi dalam jumpa press yang di adakan di kawasan Kemang, Jakarta Selatan (17/9).
DIAN PELANGI
Selain membawa label barunya, KRAMA, dua koleksi lainnya adalah karya Haute Couture “Eredita Srivijaya” untuk Torino Modist Fashion Week dan koleksi ketiga yang akan tampil adalah ALURREALIST yang pernah diperagakan pada New York Week 2017.
Tidak hanya mempresentasikan, Dian Pelangi juga mendapat kesempatan untuk 3 koleksinya untuk diperagakan dal fashion show. Serta diminta untuk bicara mengenai karyanya dalam sesi tanya jawab bersama kurator museum Jill D’Alessandro pada pembukaan resmi pameran Contemporary Muslim Fashions.
KHANAAN
Brand fashion yang berdiri pada tahun 2009, akan menampilkan koleksi Identity (spring-summer 2016) dan koleksi Ashur (spring-Summer 2015) dengan motif yang terinspirasi dari motif batik tradisional yaitu motif kawung yang bermakna harapan agar manusia selalu ingat akan asal usulnya. Selain itu ada motif galaran dan termasuk pola arsitektur Islam.
ITANG YUNAZ
Dalam 37 thn berkarya, Itang Yunaz semakin mengukuhkan dirinya sebagai desainer yang memiliki kekuatan di dunia industrifashion Indonesia.
“Bagi saya, berbusana santu bukanlah sekedar fashion, tetapi bisa diibaratkan ‘jiwa’ kami sebagai umat islam, dan pameran ini menjadi sangat penting dalam perkembangan busana muslim karena bisa dianggap sebagai sebuah statement, sebuah bentuk diterimanya dan dihormatinya sebuah keyakinan sebagai umat dalam berpenampilan yang mengacu pada petunjuk-Nya,” ujar Itang Yunaz.
Dalam pameran ini Itang Yunaz menampilkan 3 koleksi yang bertemakan “Tribalux Sumba”. Melalui ketiga karyanya Itang ingin menyampaikan kecintaannya pada pesona tanah Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Masing-masing kain memiliki motif dengan detail yang memesona dengan menceritakan tentang sebuah tradisi. Bermain dengan warna indigo, coklat kopi dan maroon yang memberi kesan hidup, yang akan dilengkapi dengan sejumlah aksesoris kreasi MannaQueen yang juga berangkat dari kekayaan budaya nusantara.
(Penulis : Ahn)