JKTOne.com – Film Pengepungan di Bukit Duri, angkat isu keresahan pada kekerasan antar remaja yang semakin meningkat. Film bioskop ini merupakan kerja sama pertama antara studio Hollywood Amazon MGM Studios dengan rumah produksi di Asia Tenggara, Come and See Pictures.

Beberapa waktu lalu, Come and See Pictures dan Amazon MGM Studios merilis official trailer film ke-11 Joko Anwar, “Pengepungan di Bukit Duri” (judul internasional: “The Siege at Thorn High”). Film ini adalah film kedua produksi Come and See Pictures setelah Siksa Kubur yang meraih 17 nominasi Piala Citra dan lebih dari 4 juta penonton.

“Pengepungan di Bukit Duri” menandai babak baru dalam karir perfilman Joko Anwar setelah 20 tahun berkarya, mengusung genre yang belum disentuh sebelumnya olehnya yaitu drama-aksi.

Film ini dibintangi oleh Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, dan sederetan wajah baru dalam perfilman Indonesia, film ini akan tayang pada 17 April 2025 di bioskop Indonesia.

Film “Pengepungan Di Bukit Duri” menampilkan gambaran apa yang mungkin terjadi di Indonesia tak lama lagi jika Indonesia tidak memperbaiki diri dari masalah-masalah bangsa termasuk kedekatan anak-anak muda dengan budaya kekerasan.

Pengepungan di Bukit Duri mengisahkan tentang Edwin (Morgan Oey), berjanji pada kakaknya sebelum meninggal untuk menemukan anak kakaknya yang hilang. Pencarian Edwin membawanya menjadi guru di SMA Duri, sekolah untuk anak-anak bermasalah.

Di sana, Edwin menghadapi murid-murid paling beringas sambil mencari keponakannya. Ketika akhirnya ia menemukan sang keponakan, kerusuhan pecah di seluruh kota, dan
mereka terjebak di sekolah, melawan anak-anak brutal yang kini mengincar nyawa mereka.

Dalam trailer yang mendebarkan sepanjang durasinya, Edwin harus bertahan hidup
di negeri yang berkecamuk. Bergabung bersamanya, Diana (Hana Pitrashata
Malasan), Edwin harus menghadapi tekanan masyarakat yang dilanda konflik rasial dan gejolak yang semakin memanas di sekolahnya, sambil menjalankan misi menemukan keponakannya yang hilang.

“Film ini menjadi tantangan terbesar saya selama berkarir di film. Bukan saja secara
teknis film ini harus menunjukkan kualitas yang tinggi karena bekerja sama dengan perusahaan film Hollywood legendaris yang punya standar tinggi, tapi ceritanya harus mencerminkan negeri kita saat ini,”kata Joko Anwar.

Produser Tia Hasibuan menambahkan, bahwa, “Kami ingin semua yang terlibat
dalam film ini, pemain, kru, dan Come and See Pictures naik kelas dengan membuat
film yang setara dengan film-film dunia yang berkualitas tinggi.”

Sementara, melansir sebuah penelitian yang dirilis WHO, yaitu penelitian di 40 negara berkembang yang menunjukkan rata-rata 42% anak laki-laki dan 37% anak perempuan
mengalami perundungan.

Di Indonesia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) bersama Badan Pusat Statistik (BPS), Lembaga Demografi Universitas Indonesia, Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos), dan UNFPA merilis laporan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) dan Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) Tahun 2024.

Dari data tersebut, dilaporkan sekitar 11,5 juta atau 50,78% anak usia 13-17 tahun, pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan atau lebih di sepanjang hidupnya. Film thriller-aksi “Pengepungan di Bukit Duri” bukan hanya akan menjadi tontonan yang menghibur karena dikemas dengan genre segar dan penceritaan menarik dengan dukungan dari para pemeran berbakat dan studio besar Hollywood, namun juga membawa isu yang sangat penting dan relevan untuk diketahui lebih banyak masyarakat Indonesia.

LEAVE A REPLY