JKTOne.com – Band situasional asal Bandung GURU merekam keriuhan aktivitas di sekitar Sungai Cikapundung dan mempresentasikannya dalam bentuk karya video bunyi Iingkungasowngscage berjudul Susur Cikapundung deo soundscapberdurasi 6 menit ini diciptakan sebagai bagian dari proyek digital internasional Sound of X yang diinisiasi Goethe-Institut. Susur Cikapundung adalah proyek audio visual yang melibatkan situasi dan kondisi Sungai Cikapundung. Sungai sepanjang 28 kilometer ini menjadi dasar komposisi suara serta rekaman audio aliran sungai di kota Bandung. Riuhnyaw limbah sungai dan aktivitas permukiman di sekitar sungai itu menjadi bahan suara utama bagi GURU untuk mengamplifikasi apa yang sebenarnya terjadi di sungai itu. Dalam proses perekaman. GURU yang beranggotakan Mira Rizki. Bayu P. Pratama, Fahma Rosmansyah, dan Gazza Ryandika menyusuri sejumlah titik di Bandung. yaitu Watervang Leuwilimoes, Tepian Sungai, Perumahan Merdekalio, Titik Sungai Cikapundung, Bendungan Sukaati, dan Kelurahan Mengger Bantaran Sungai. Sungai Cikapundung merupakan sungai besar yang mengalir dari utara sampai ke selatan Bandung, jadi dia membelah kota Bandung. Kami berpikir bahwa sungai ini bisa merekam aktivitas kota Bandung dari utara sampai selatan. dan segala aktivitas dapat disusuri melalui sungai ini GURU ingin menunjukkan kondisi sungai yang sebenarnya melalui medium baru,” ujar Mira.
Rekaman suara yang diambil untuk proyek ini adalah suara plastik dan kaca yang terdapat pada benda-benda domestik di tumpukan sampah di Sungai Cikapundung. Teknik perekaman dengan mikrofw bertujuan untuk menangkap suara dari getaran material yang mengalir di berbagai titik yang terkena tumpukan sampah. Perekaman juga menggunakamdheld recordamtuk menangkap suarasuara yang terikat di udara serta dari aktivitas warga di daerah bantaran sungai. Dalam komposisinya, suara aliran air serta aktivitas warga permukiman sekitar sungai dipadukan dengan berbagai instrumen seperti trompet sunda, suling. gitar elektrik, bass, dan drum. Bayu menambahkan, Sungai Cikapundung menarik dipilih sebagai objek eksplorasi untuk dijadikan karya seni suara karena mereka melihat adanya kontradiksi, di mana posisi sungai tersebut berada di tengah kota tetapi masih ada masyarakat yang belum sadar untuk merawatnya.
Ketika kami berkarya di sungai ini, ternyata masih banyak yang sungainya ada sampah atau warga yang membuang sampah ke sungai. Jadi korelasinya (Sungai Cikapundung) seperti dekat, tetapi secara konteks ingin merawat sungainya itu tidak dekat. Direktur Goethe-Institut Bandung Caroline Brendel menyampaikan, “Karya Susur Cikapundurngleh GURU mengingatkan kita bahwa Sungai Cikapundung mengalir dan melintasi kota Bandung seutuhnya, menekankan bahwa sungai Cikapundung menjadi elemen sangat penting dalam kehidupan perkotaan di Bandung yang idealnya terus dilestarikan dan saling melengkapi. Oleh karenanya, seni dalam hal ini merupakan salah satu cara untuk membangun kesadaran masyarakat kota Bandung, khususnya mereka yang tinggal di sepanjang sungai Cikapundung”.
Susur Cikapundung merupakan karya ketiga dari Indonesia yang dibuat untuk proyek Sound of X. Sebelumnya, desainer bunyi Rani Jambak dan pembuat film Evi Ovtiana merekam keragaman suara di Medan dan menyajikannya dalam video soundcap berjudul Nostalgia Contrasi. Selain itu, Lie Indra Perkasa (komposer) dan John Navid (pemain drum dan perkusi White Shoes & the Couples Company) menciptakan videondscape dengan judul invisible Comfort yang berupaya menghidupkan kembali bebunyian kenyamanan yang hilang di Jakarta.
Sound of X bertujuan menampilkan latar bebunyian sebuah kota yang sering diabaikan. Menggunakan suara, kebisingan, dan akustik. artis dan musisi dari berbagai kota di Asia, Oseania, dan Eropa untuk menyelidiki lingkungan sonik masing-masing dalam rangka mengusulkan cara unik untuk memulihkan hubungan dengan kota dan ruang yang kita alami.