Remote Skills Summit Indonesia - Panel Discussion.

JKTOne.com/Denpasar — Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat sebanyak 714.210 orang atau 20,35 persen penduduk usia kerja yang terdampak pandemi COVID-19 pada Agustus 2021. Jumlah ini termasuk penduduk yang pengangguran, Bukan Angkatan Kerja (BAK), sementara tidak bekerja, dan bekerja dengan pengurangan jam kerja karena COVID-19.

Meskipun angka ini mengalami penurunan sebesar 4,34 persen dibandingkan dengan Agustus 2020, tercatat peningkatan sebesar 1,48 persen sejak bulan Februari 2021. Selain itu, peningkatan kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia menyebabkan belum dapat dipastikannya jika kondisi ini dapat kembali membaik pada triwulan pertama 2022.

Melihat situasi ini, Remote Skills Academy (RSA) oleh Livit sebuah program pendidikan berbasis daring yang fokus pada pengembangan skill tenaga kerja Indonesia dengan teknologi digital menginisiasi Remote Skills Summit Indonesia (RSSI). Program ini membekali peserta atau tenaga kerja dengan skill digital agar mampu mendapatkan alternatif pekerjaan dari sektor industri yang terdampak pandemi melalui re-skill, up-skill, dan remote working.

“RSA hadir di Indonesia untuk menginspirasi tenaga kerja, khususnya generasi muda, agar melatih keterampilan baru (re-skill) dan meningkatkan (up-skill) keterampilan mereka sehingga menjadi profesional yang cakap dan mampu bersaing di dunia digital saat ini,” kata Lavinia Iosub, Managing Partner di Livit dan Founder dari RSA.

“RSSI, selain memberikan seminar dan pelatihan digital, kami juga menghubungkan peserta dengan perusahaan mitra kami sehingga mereka dapat membangun karier yang sukses dan menavigasi perubahan hidup mereka sejak pandemi melalui remote networking.”

RSA mengemas kurikulum pembelajaran digital menarik dalam bentuk teori dan juga praktik kepada peserta. Mulai dari Virtual Assistance, Digital Marketing, Project Management, Online Bussiness Manager, Scrum and Product Owner, SEO, hingga pengolahan media sosial dan pengelolaan website. Berbagai subyek ini disusun oleh fasilitator untuk mempersiapkan tenaga kerja beradaptasi hingga mampu meniti karier melalui remote working.

Platform ini pun dibentuk sejalan dengan tren nomad digital yang semakin populer sejak awal pandemi. Pada tahun 2019 saja, Statista mencatat ada lebih dari 4.000 nomad digital yang berdomisili di Bali, jumlah tertinggi di wilayah Asia Tenggara. Ini menunjukkan bahwa adanya peluang yang sangat besar bagi tenaga kerja untuk mendapatkan penghasilan alternatif meski mata pencaharian utama mereka terdampak oleh pandemi.

Lebih lanjut, program ini juga dibentuk seiringan dengan upaya pemerintah melalui kolaborasi Pentahelix untuk memulihkan kembali kehidupan masyarakat Bali di tengah pandemi. Melalui acara RSSI, RSA berharap dapat mendukung program sinergitas Pentahelix, yaitu memetakan mata pencaharian alternatif dan meningkatkan jumlah angkatan kerja selama proses pemulihan ekonomi dengan semangat Bali KemBali dan Bali Bangkit.

“Masih banyak masyarakat Indonesia yang masih belum kembali bekerja, bahkan belum mampu untuk mendapatkan pekerjaan alternatif sejak terdampak pandemi. Upaya yang dilakukan oleh Remote Skills Indonesia untuk membantu masyarakat melalui pelatihan digital merupakan salah satu gebrakan solusi untuk penanganan situasi tersebut,” kata A.A Made Dewandra Reinhard, Koordinator Umum Bali KemBali.

“Kami sangat mengapresiasi Remote Skills Academy sebagai salah satu pencetus program pemberdayaan tenaga kerja dan dengan mengadakan RSSI. Adanya program ini mendorong percepatan proses pemulihan kehidupan masyarakat. Ke depannya, tentu kami berharap semakin banyak lagi pihak lain yang bekerja sama untuk membantu tenaga kerja di Indonesia, khususnya di Bali.”

Penyelenggaraan RSSI ini juga tidak lepas dari pencapaian yang telah diperoleh RSA sejak 2020. Dalam rentang dua tahun, RSA sudah memiliki 621 pendaftar, 434 alumni, serta 78 fasilitator yang bergabung untuk membina. Hasil nyata ini menjadi semangat dan pendorong bagi RSA untuk terus memberdayakan tenaga kerja di Indonesia.

Konferensi RSSI berlangsung selama dua hari mulai dari tanggal 9-10 Februari 2022 dan seluruh rangkaian acara dapat diikuti secara daring. Sejumlah pakar dari berbagai industri juga turut hadir sebagai pembicara utama untuk berbagi pengalaman dan wawasan mereka terkait prospek remote working, serta pentingnya re-skill dan up-skill di lingkungan VUCA (Volatilitas (volatility), ketidakpastian (uncertainty), kompleksitas (complexity), dan ambiguitas (ambiguity).

“Di RSA, kami terus berupaya untuk membantu peserta berkembang dan berkarya tanpa batas lokasi. Kami telah mengadakan rangkaian program dan pendekatan kepada masyarakat, serta berkolaborasi bersama komunitas untuk membantu tenaga kerja muda Indonesia, salah satunya dengan RSSI,” kata Aulia Halimatussadiah, Chief Marketing Officer RSA.

LEAVE A REPLY